Archive for the ‘Sifat-sifat Baik’ Category

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Dia akan dipahamkan dalam agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ciri-ciri orang yang mendapat hidayah dari Allah:

1. Dipahamkan perkara agama, dapat membedakan mana yang sesuai Al-Qur’an dan hadits (sunnah Rasulullah dan sunnah Khulafaur Rasyidin).

2. Mulai mencari-cari (haus) kajian ilmu agama, senang menghadiri majlis ta’lim, senang mendengarkan ceramah agama, senang mempelajari Al-Qur’an dan hadits.

3. Membenahi ibadah sholatnya sesuai sifat sholat Nabi dan sunnah-sunnahnya. Membenahi cara wudhunya dan bacaan dzikir usai sholatnya dan lainnya.

4. Mulai menanyakan/mencari apa dalil dari suatu ibadah, tidak pernah lagi taqlid buta, tidak mau lagi ikut-ikutan saja.

5. Membenahi bacaan Al-Qur’an-nya dan menambah hafalannya dengan niat bisa hafal Al-Qur’an.

6. Mulai berpenampilan sebagai seorang mukmin. Bagi pria, berjenggot dan bercelana di atas mata kaki (tidak isbal). Bagi wanita, memakai hijab syar’i.

7. Selalu sholat fardhu di awal waktu. Bagi laki-laki selalu sholat fardhu berjamaah di masjid, kecuali ada udzur syar’i. Bagi perempuan, sholat fardhu di rumah.

8. Semakin giat mengerjakan sholat sunnah terutama sholat sunnah rawatib, tahajud, witir, dhuha, dll.

9. Menjauhi dan meninggalkan perkara agama yang bid’ah dan syubhat.

10. Mulai rajin bersedekah walaupun sedikit, dan meninggalkan riba. Bagi laki-laki langsung berhenti merokok. Bagi perempuan langsung meninggalkan ghibah.

11. Tidak mengenyangkan perut saat makan minum, khawatir ibadah sholatnya akan terganggu. Mulai mengemari memakan buah kurma dan apapun yang disukai Rasulullah SAW.

12. Seringkali terbangun sendiri di sepertiga akhir malam, qiyamullail.

13. Mulai menjalankan sunnah Rasulullah di kehidupan sehari-hari, menghafal do’a masuk keluar rumah/ masjid/ kamar mandi, do’a makan minum/ tidur bangun/ naik kendaraan, dsb.

14. Tidak mau lagi bersalaman dengan orang-orang yang bukan mahramnya. Bagi laki-laki, menundukkan pandangannya terhadap wanita. Bagi perempuan, tidak mengunakan parfum yang berlebihan dan membantu kaum lelaki dalam menjaga pandangannya.

15. Sering mengingat mati, bertambah baguslah persiapannya. Menanggalkan ilmu tenaga dalamnya dan semua ilmu bantuan dari jin. Hanya hafalan Al-Qur’an dan pengetahuan hadits pegangannya.

16. Selalu berbicara di atas kebenaran, menyampaikan yang benar, menjauhi debat (apalagi debat kusir dengan orang-orang jahil/bodoh).

17. Sangat senang berada di bulan yang penuh berkah yaitu bulan Ramadhan.

“Katakanlah: Samakah antara orang yang buta dengan orang yang melihat? Tidakkah kalian memikirkannya?” (QS. Al-An’am: 50)

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullahu mengatakan: “Siapa saja yang menginginkan kebahagiaan yang abadi, maka ia harus bersabar menapaki pintu dan tangga-tangga peribadahan kepada Allah.” (Madaarij al Saalikin 1/429)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

“الإنسان الموفق يمكن أن يحول عاداته إلى عبادات والإنسان الغافل يجعل عباداته عادات

“Orang yang diberi taufik, ia bisa merubah berbagai kebiasaannya menjadi amal ibadah. Namun orang yang lalai justru menjadikan amal ibadahnya hanya sebagai kebiasaan saja.”

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata:

مِنْ أَسْبَابِ زِيَادَةِ الْإِيمَانِ:
أَنْ يُطَالِعَ الْإِنْسَانُ فِي سِيرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ

“Diantara sebab bertambahnya keimanan seseorang adalah ia mempelajari sirah Nabi ﷺ dan para sahabatnya yang mulia.” (Fatawa Nur Ala ad-Darb, 12/17)

Syaikh Bin Baz pernah ditanya: “Bagaimana tanggapan anda tentang fenomena sebagian orang yang tadinya istiqomah, sangat istiqomah dan kuat keimanannya, namun kemudian dia tergelincir/menjadi buruk? Penyebabnya bisa jadi satu dari dua hal: Mungkin dia tidak bersyukur atas nikmat hidayah atau dia pernah mengejek seseorang karena tergelincir.”

Manfaat dan keutamaan menghadiri majelis ta’lim diantaranya:
1. Menjalankan perintah Allah SWT, sebagai kewajiban bagi setiap orang Islam.
2. Mendapatkan keridhoan Allah SWT karena sumber ketaqwaan.
3. Menghidupkan syariat agama dan perintah Rasulullah SAW.
4. Mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat.
5. Diampuni dosa-dosanya setiap langkah menuju majlis ilmu.
6. Lebih afdhol dari 1000 rakaat sholat sunnah.
7. Lebih afdhol dari 1000x menjenguk orang sakit.
8. Lebih afdhol dari 1000x mengantar jenazah.
9. Dinaungi oleh para malaikat.
10. Dido’akan oleh ikan-ikan di lautan.
11. Obat dari segala kegundahan di dunia.
12. Diliputi oleh rasa ketenangan.
13. Diliputi oleh rahmat Allah.
14. Membuat bangga orangtua dan datuk-datuk kita.
15. Namanya dipuji oleh para penghuni langit.
16. Diijabah do’anya.
18. Dijamin rezekinya.
19. Dimudahkan segala urusan-urusannya.
20. Mendapatkan jalan yang benar dalam beribadah.
21. Dimaafkan segala kekurangannya dalam beribadah selagi dalam keadaan menuntut ilmu.
22. Menghilangkan kebodohan dalam agama yang dapat menghancurkan seorang di dunia dan di akhirat.
23. Dibukakanya kefahaman dalam agama.
24. Termasuk orang yang selamat dari laknat dunia.
25. Terselamatkan dari permasalahan-masalahan keluarga.
26. Mendapatkan kesuksesan di dunia dan di akhirat.
27. Mendapatkan kewibawaan di kalangannya.
28. Dijauhkan dari segala marabahaya.
29. Penangkal musibah.
30. Dido’akan oleh orang-orang sholeh.
31. Dimudahkan dalam perjodohan.
32. Apabila meninggal maka termasuk syahid.
33. Tergolong orang yang berjihad di jalan Allah SWT.
34. Membuat marah dan putus asa syaitan.
35. Terhindar dati pergaulan bebas.
36. Dekat dengan ulama dan orang sholeh.
37. Diharapkan menjadi penerus orang-orang sholeh.
38. Disiapkan istana di surga.
39. Dikumpulkan sederajat dengan para Anbiya’ dan Sholihin.
40. Penyebab husnul khotimah.
41. Dijauhkan dari siksa Kubur.
42. Dinaungi di padang mahsyar.
43. Dimudahkan ketika melalui shirot.
44. Dibanggakan kelak oleh Rasulullah SAW.
45. Mendapatkan syafaat khusus dari Rasulullah SAW.
46. Termasuk golongan yang dapat melihat Allah SWT kelak di surga.
47. Akan bersinar cahaya wajahnya kelak.
48. Diterima taubatnya.
49. Sebagai obat segala penyakit.
50. Termasuk golongan umat Rasulullah SAW di akhir zaman yang terselamatkan.

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan: “Seseorang memelajari ilmu agama, maka tidak lama kemudian pengaruh ilmu tersebut terlihat pada ketundukannya, petunjuknya, ucapannya, pandangannya, dan tangannya.” (Diriwayatkan oleh Al Khatib dalam kitab al Jami’ liahlakir Rawi 178)

Imam Malik -rahimahullah- berbagi pengalamannya: “Majelis-majelis ilmu akan mengasuh kekhusyuan, ketenangan, dan kewibawaan seseorang.” (Al Madkhal ilas Sunanil Kubro No. 697)

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqolani rahimahullah berkata: “Sebagaimana hujan dapat menghidupkan negeri yang mati, maka demikian juga ilmu-ilmu agama dapat menghidupkan hati yang mati.” (Fathul Bary 1/177)

“Ketahuilah satu kali duduk di majelis seorang ulama yang tulus dapat membuatmu berubah dari sosok pelaku maksiat menjadi hamba yang taat dan takut kepada Allah.” (Al Imam Ibnu Atha’illah)

Imam Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: “Dunia semuanya gelap gulita, kecuali (yang ada) majelis-majelis ahlul ilmi.” (Jami’ Bayan Al-Ilmi 1/114)

Sabda Nabi ﷺ untuk Anda yang duduk di majelis ilmu dengan penuh keikhlasan: “…Ketenangan akan turun ditengah mereka…” (HR. Muslim 2699)

Berkata Imam Ibnul Jauzi rahimahullah:

اعلم أنّ أوّل تلبيس إبليس على الناس صدهم عن العلم، لأنّ العلم نور فإذا أطفأ مصابيحهم خبطهم في الظلام كيف شاء

“Ketahuilah! Bahwa talbis [tipu daya] yang pertama dari Iblis kepada manusia ialah memalingkan mereka dari ilmu. Karena ilmu adalah cahaya, dan jika Iblis berhasil memadamkan lentera-lentera manusia, maka Iblis pun akan mudah membenturkan manusia di tengah gelap sesukanya.” (Talbis Iblis, 1/289)

Guru kami Shalih al-Fauzan berkata: “Aku mendengar Syaikh Muhammad bin Ibrahim -rahimahullah- berkata, “Sedekah jariyah bisa saja terputus tak lagi mengalir, sementara anak yang salih pun akan mati. Akan tetapi, ilmu yang bermanfaat akan senantiasa mengalir tanpa terputus, senantiasa berguna dimanfaatkan, dan pahalanya pun terus mengalir kepada shahib-nya. Inilah di antara hal yang membedakan ilmu dari amal salih lainnya.” (Syaikh Walid ‘Abd al-Mun’im hafizhahullah) 

“Ketika aku duduk di majelis ilmu, aku melupakan dunia yang melelahkan, tapi ketika aku meninggalkannya maka dunia kembali menguasai hati, ternyata sebagian obat dari segala kegelisahan adalah menyibukkan diri dengan ilmu.” (Ustadz Sumar bin Darwis hafizhahullah)








Ibnu Hajar berkata, tentang bagaimana pribadi shalih:

الْقَائِم بِمَا يَجِب عَلَيْهِ مِنْ حُقُوق اللَّه وَحُقُوق عِبَاده وَتَتَفَاوَت دَرَجَاته

“Orang yang menjalankan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama hamba Allah. Kedudukan shalih pun bertingkat-tingkat.” (Fathul Bari, 2: 314)

Intinya, hamba yang shalih bukanlah yang hanya memperhatikan ibadah, sholat dan dzikir. Hamba yang shalih juga punya hubungan yang baik dengan sesama. Karena demikianlah Nabi kita yang mulia diutus. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlaq.” (HR. Ahmad 2: 381)

“Orang yang dikategorikan sebagai orang shalih itu tidak bisa dilihat dari satu sisi, misalnya karena ibadahnya. Kata shalih yang menyertai seseorang itu harus menyeluruh. Shalih hatinya, mulutnya, telinganya, matanya dan perilakunya.” (Habib Luthfi bin Yahya)

Hamba shalih berarti tidak durhaka pada orangtua, tidak berlaku kasar pada istri, tidak memutuskan hubungan silaturahim dengan tetangga, dan tidak berakhlak buruk dengan kaum muslimin lainnya.

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang shalih yang selalu memperhatikan kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama. Aamiin.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Nabi ﷺ bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284)

“Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat dengan sebab akhlaknya yang luhur.” (HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhiib no. 2643)

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin selain akhlak yang baik. Sungguh, Allah membenci orang yang berkata keji dan kotor.” (HR. Tirmidzi, no. 2002. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih)

Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya sesuatu yang paling utama dalam mizan (timbangan) pada hari Kiamat adalah akhlak yang baik.” (Riwayat Ahmad)

Rasulullah ﷺ bersabda maksudnya, Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat pada majlisku pada hari kiamat ialah mereka yang terbaik budi pekertinya. (Riwayat Tirmizi dan Ahmad)

“Empat hal yang akan menambah cerah dan eloknya wajah:
1. Sifat kewibawaan/menjaga kehormatan.
2. Sifat amanah/menepati janji.
3. Pemurah.
4. Ketaqwaan.” (Zâdul Ma’âd Libnil Qayyim al-Jauziyyah: 4/378, cet. Muassasah ar-Risâlah Beirut)

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah: “Ketauhilah bahwa keindahan terbagi menjadi dua; Lahir dan batin.
Keindahan batin ialah yang paling sangat dicintai, ia adalah keindahan ilmu, akal, kedermawanan dan sifat ‘iffah (kesucian) dan keberanian. Dan keindahan batin inilah yang diperhitungkan Allah Taala dari hamba-Nya dan berada dalam kecintaan-Nya, dan keindahan batin inilah yang akan membaguskan penampilan lahir, meski ia tidak memiliki keindahan fisik.
Maka, akhirnya pemilik keindahan batin ini akan diberikan pakaian kebagusan, wibawa dan kecintaan sesuai dengan apa yang dipakai oleh jiwanya dari sifat-sifat (yang mulia tersebut). Karena sesungguhnya seorang beriman akan diberikan wibawa dan rasa manis sesuai dengan keimanannya. Maka, barangsiapa yang melihatnya, pasti akan menghormatinya, dan siapa yang bergaul dengannya, pasti akan mencintainya. Dan perkara ini terlihat dengan mata kepala, anda akan melihat seorang yang shalih berbuat kebaikan, mempunyai akhlak yang indah adalah manusia yang paling manis rupanya, meski ia berkulit hitam atau rupanya tidak bagus. Apalagi jika ia diberi anugerah (dapat mengerjakan) dari shalat malam, maka hal tersebut akan memberikan cahaya pada wajah dan memperindahnya.” (Lihat kitab Rawdhatul Muhibbin, 221-223)

“Jika kamu ingin mengetahui Agama seseorang, jangan melihat bagaimana ia sholat atau berpuasa, tapi lebih baik, lihat bagaimana ia memperlakukan orang.” (Imam Jafar As-Shodiq)

Allah Ta’ala berfirman menceritakan perkataan Nabi ‘Isa Alaihissalaam:

(وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ)

Artinya: “Dan Dia (Allah) menjadikanku sebagai orang yang diberkahi dimanapun aku berada.” (QS. Maryam: 31)

Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah menerangkan bahwa orang yang diberkahi Allah Ta’ala ialah siapa saja yang memiliki sifat dan kriteria berikut ini:
1. Mengajarkan kebaikan.
2. Menyeru kepada Allah.
3. Mengingatkan tentang Allah.
4. Memotivasi agar senantiasa berbuat ketaatan kepada Allah.

Maka, barangsiapa yang tidak ada pada dirinya 4 sifat dan kriteria tersebut, berarti ia bukanlah termasuk orang yang diberkahi. Dan Allah Ta’ala telah menghilangkan keberkahan dari perjumpaan dan perkumpulannya serta dari orang yang berjumpa dan berkumpul (berduduk-duduk) dengannya.

Hilangnya keberkahan ini disebabkan orang yang tidak diberkahi Allah tersebut akan menyia-nyiakan waktu (umur) dan merusak hati (kita).”

(Sumber: Risalatu Ibnil Qoyyim ilaa Ahadi Ikhwaanihi, hal. 3)

(Oleh: Ustadz Muhammad Wasitho, MA, حفظه الله تعالى)

SEDEKAH BANYAK CARANYA

Posted: 25 August 2022 in Sifat-sifat Baik

1. Setiap tasbih dan tahmid adalah sedekah.

2. Setiap takbir dan tahlil adalah sedekah.

3. Amar ma’ruf nahi munkar (menganjurkan yang baik dan mencegah yang buruk) adalah sedekah.

4. Bukalah Whatsapp, FB, Instagram dll Anda setiap hari, bersedekahlah dengan cara mengirim ucapan-ucapan yang baik kepada semua yang Anda kenal, dan setiap kalimat yang baik adalah sedekah.

5. Senyum Anda kepada suami dan anak-anak Anda, serta kepada sesama kaum muslimat adalah sedekah.

6. Dua rakaat dhuha menyamai 360 sedekah.

7. Tahanlah diri Anda dari keinginan untuk berbuat buruk, itu pun sedekah.

8. Singkirkanlah setiap bentuk gangguan yang dapat mencelakakan orang di jalan, itupun sedekah.

9. Ucapkanlah salam kepada siapa saja yang Anda temui, itupun sedekah.

10. Berilah makan kepada kerabat atau sesiapa pun dengan makanan yang juga Anda dan keluarga Anda makan, itupun sedekah.

11. Berilah makan pada kucing, burung atau binatang lainnya atau manusia, itupun sedekah.

12. Muliakanlah tamu di rumah Anda yang melebihi 3 hari, itupun sedekah.

13. Berusahalah menolong dan membantu orang lain, sesama orang Islam ataupun bukan Islam, itupun sedekah.

14. Tuntutlah ilmu agama, ajarkan dan sebarkan, baik dengan cara mendengar, membaca, atau menulis sesuai kemampuan Anda, itupun sedekah.

15. Seteguk air yang Anda berikan untuk orang yang haus adalah sedekah.

Lakukanlah secara ikhlas dan tanpa mengharapkan balasan dari siapapun. Kaum kerabat lebih utama untuk mendapat kebaikan kita (kedua orang tuamu, suami, dan anak-anakmu). Mereka yang paling utama, yang paling dekat, kemudian yang terdekat.

Perlu diingat bahwa: “Sedekah itu menghapus dosa, sebagaimana air mematikan api.”

أسباب نزول أنوار المحبة في القلوب
Sebab-sebab turunnya cahaya-cahaya cinta di dalam hati.

حضور مجالس العلم
Hadir majelis-majelis ilmu.

والإصغاء والإستماع إلى ما قال الله وقال رسوله
Benar-benar mendengarkan dan menyimak terhadap firman Allah SWT dan sabda Rasul-Nya.

على ألسن أهل العلم وأهل الفضل والصلاح
Melalui sumber-sumber penuturan mereka yang berilmu, mereka yang memiliki keutamaan dan kebaikan.

وعند نزولها تزول الظلمات:ظلمة محبة غير الله ورسوله
Dan ketika turun cahaya-cahaya cinta, niscaya akan hilang kegelapan-kegelapan, kegelapan karena kecintaan selain Allah dan Rasul-Nya.

وظلمة المحبة التي لا تقوم على أساس صحيح
وهي كل محبة ليست من محبة الله
Kegelapan kecintaan yang berdiri dan terbentuk bukan atas dasar yang benar. Yaitu kecintaan selain kecintaan terhadap Allah SWT.

فاحذر أن تولع قلبك بحب شيء ما يحبه ربك فتهلك
Maka hati-hatilah engkau menggantungkan hatimu terhadap kecintaan akan sesuatu yang Tuhanmu Allah SWT tidak mencintainya. Niscaya Engkau akan hancur binasa.

(Kalam Habib Umar bin hafidz)

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Dikatakan kepada Ibnu Abbas رضي اللَّه عنه: Sedekah apakah yang paling utama? Maka beliau berkata: Air. Lalu beliau berkata, “Apakah kalian tidak melihat pada penduduk neraka ketika mereka meminta tolong kepada penduduk surga? Berikanlah air kepada kami atau sesuatu yang Allah rezekikan kepada kalian.” (At Tamhid Syarhu Al Muwatho 21/94)

Sebagian Tabi’in rahimahumullah berkata: “Siapa yang banyak dosa-dosanya, maka hendaklah dia memberi minum orang lain. Allah saja telah mengampuni dosa-dosa orang yang memberi minum seekor anjing, lalu bagaimana dengan orang yang memberi minum seorang mukmin yang bertauhid dan berusaha menjaga hidupnya.” (Tafsir Al-Qurthubi, 7/194)

Dari Sa’id bahwasanya Sa’ad mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya:

أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْجَبُ إِلَيْكَ قَالَ « الْمَاءُ ».

“Sedekah apa yang paling engkau sukai.” Jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sedekah air.” (HR. Abu Daud, no. 1679 dan An-Nasai, no. 3694; 3695; Ibnu Majah, no. 3684. Hadits ini tidak bersambung, Sa’id bin Al-Musayyib tidak bercumpa dengan Sa’ad bin ‘Ubadah. Hadits ini punya syawahid atau penguat tetapi dhaif. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. Syaikh Al-Albani berpendapat bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain sebagaimana disebutkan dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 962)

Dalam riwayat An-Nasai disebutkan sebagai berikut:
Dari Sa’id bin Al-Musayyib, dari Sa’ad bin ‘Ubadah, ia berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قُلْتُ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ سَقْيُ الْمَاءِ

“Wahai Rasulullah, sungguh ibuku telah meninggal dunia, apakah boleh aku bersedekah atas namanya?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Iya, boleh.” Sa’ad bertanya lagi, “Lalu sedekah apa yang paling afdal?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Memberi minum air.” (HR. An-Nasai, no. 3694 dan 3695. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lainnya)

Al-Imam al-Faqih Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan:

‏الدنيا مزرعة الآخرة فإذا لم يزرع فيها لآخرته فقد خسرها وخسر آخرته

“Dunia adalah ladang akhirat, apabila seseorang tidak menanam di dunia ini untuk akhiratnya sungguh ia telah merugi dunia dan akhirat.” (Adhiyaulami

Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu‘anhu berkata: “Barangsiapa yang mampu untuk menyimpan harta simpanannya di langit, sehingga tidak dimakan ulat dan tidak disentuh oleh pencuri, maka lakukanlah. Karena hati seseorang (akan bergantung) bersama harta simpanannya.” (Al-Fawaaid hal. 159)

Ibnu Katsir berkata dan membawakan syair: “Engkau akan menjadi budak harta jika engkau menahan harta tersebut. Akan tetapi, jika engkau menginfakkannya, harta tersebut barulah jadi milikmu.” (Tafsir Ibnu Katsir 14: 443)

Dahulu Ali Ibnul Husain (cucunya Ali bin Abi Tholib) jika didatangi oleh orang faqir atau peminta-minta, ia merasa senang seraya berkata: “Selamat datang buat orang yang membawa bekalku ke akhirat.” (Shifatus Sofwah 2/95)

Harithah bin Nukman رضي الله عنه meriwayatkan bahwa Rasulullah ‎ﷺ bersabda: “Memberi sesuatu dengan tangannya kepada orang miskin, menghindarkan daripada kematian yang buruk.” (Hadis Riwayat Tabarani dan Baihaqi)

Al-Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Ketika engkau telah menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah, maka percayalah bahwa Allah akan memberimu jalan keluar dari setiap kesempitan.” (Syarh Riyadhish Shalihin 1/517)

Yahya Ibnu Muadz Ar-Razi rahimahullah berkata: “Seberapa besar cintamu kepada Allah, maka seperti itulah makhluk mencintaimu. Dan seberapa besar takutmu kepada Allah, maka seperti itulah makhluk segan kepadamu. Dan seberapa banyak (kesibukanmu) dalam ketaatan kepada Allah, maka seperti itulah makhluk sibuk (membantu) urusanmu.” (Muthabaqatul Auliya’ 32)

“Janganlah engkau beribadah kepada Allah agar Dia memberi. Tapi beribadahlah kepada-Nya agar Dia ridho. Apabila Dia ridho, maka engkau akan terkagum dengan pemberian-Nya.” (Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi)

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: “Sebagaimana ketaqwaan dapat mendatangkan rezeki, maka meninggalkan ketaqwaan dapat mendatangkan kefakiran. Tidak ada yang dapat mendatangkan rezeki dari Allah, semisal dengan meninggalkan berbagai kemaksiatan.” (Al Jawaabul Kaafy 52)

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan berikan jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Q.S At Talaq: 2-3)

Al-Imam As-Sa’di rahimahullah berkata: “Setiap orang yang bertaqwa kepada Allah ta’ala dan senantiasa berusaha meraih keridhoaan Allah dalam seluruh kondisinya, Allah akan membalasnya di dunia dan akhirat. Dan diantara bentuk balasan dari-Nya adalah Dia akan menjadikan untuk orang yang bertaqwa itu kemudahan dan jalan keluar dari setiap kesulitan serta beban. Dan apabila orang yang bertaqwa kepada Allah akan Dia berikan kemudahan serta jalan keluar, maka sebaliknya, orang yang tidak bertaqwa kepada Allah akan menghadapi berbagai macam kesusahan, kesulitan yang berat dan himpitan kehidupan yang ia tidak mampu lepas darinya dan ia tidak bisa keluar dari akibat-akibat buruknya.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 869)

Asy Syaikh Ibnu Utsaimin  رحمه اللَّه berkata: ”Dan yang menakjubkan bahwasanya barangsiapa yang mencari kehidupan akhirat niscaya kehidupan dunianya menjadi baik dan barangsiapa yang mencari kehidupan dunia (mengutamakan dunia dari akhirat), niscaya akan hilang dunia dan akhiratnya.” (Tafsir Surah Al Baqarah 1/23)

Al-Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah- berkata: “Barangsiapa membiasakan ucapan syukur (tahmid), niscaya kebaikan-kebaikan akan senantiasa mengiringinya. Sedangkan barangsiapa membiasakan ucapan istighfar, maka akan dibukakan untuknya perkara-perkara yang tertutup (kesulitan).” (Adda’u Wad Dawa 188)

BELAJAR ILMU IKHLAS

Posted: 15 May 2021 in Sifat-sifat Baik

Syekh Ibnu Atha’illah mengatakan: “Orang yang telah disediakan rumah tak akan suka duduk di tempat sampah. Lakukanlah berbagai amal shaleh antara dirimu dan Allah secara rahasia. Jangan memperlihatkan kepada keluarga. Jadikan amalmu sebagai simpanan disisi Allah yang akan kau dapatkan di Hari Kiamat.

Ketahuilah bahwa nafsu sangat gembira jika amalnya disebut-sebut dan dipuji. Ada diantara mereka yang berpuasa selama 40 tahun sementara keluarganya tidak mengetahui.

Sungguh usia yang cemerlang dan bening. Wahai orang yang tidak makan gandum kecuali sudah disaring, maka kau juga harus menyaring amalmu. Ingatlah, amal yang melekat kepadamu adalah amal yang kaulakukan dengan ikhlas, sedangkan yang lainnya akan disingkirkan.

Inilah kehidupan yang sebenarnya. Betapa indah kehidupan sang pecinta bersama sosok yang dicintai ketika tak ada orang lain yang melihatnya. Jika ingin ada yang melihatnya, berarti cintanya belum tulus.
Setiap orang yang ingin ahwalnya diketahui orang lain, berarti ia telah tertipu. Layakkah engkau memperbaiki sisi lahir, tapi merusak sisi batin?” (Syekh Ibnu Atha’illah, kitab Taj Al-‘Arus)

Ibnul Qayyim menyebutkan 10 sebab yang bisa mendatangkan cinta kepada Allah ﷻ:

1. Membaca Al-Qur`an dengan tadabur dan pemahaman terhadap makna-makna dan maksudnya.

2. Mendekatkan diri kepada Allah ﷻ melalui amal-amal sunnah sesudah fardhu.

3. Senantiasa berdzikir (mengingat dan menyebut) Allah dengan hati, lisan, dan amal perbuatan.

4. Mendahulukan apa yang Allah cintai atas apa yang hamba cintai saat keduanya berbenturan.

5. Merenungkan Asma`ul Husna dan sifat-sifat Allah yang tinggi, kesempurnaan dan keagungan yang dikandung; dan dampak-dampak baik yang diakibatkannya.

6. Memperhatikan nikmat-nikmat Allah, lahir dan batin; menyaksikan kebaikan Allah, kemurahan-Nya dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya.

7. Merendahkan hati di depan Allah dan menunjukkan kebutuhan kepada-Nya.

8. Bermunajat kepada Allah saat Allah turun di sepertiga malam akhir, membaca Al-Qur`an di waktu tersebut dan menutupnya dengan taubat dan istighfar.

9. Bergaul dengan orang-orang shalih dan mulia yang mencintai Allah dan mengambil ilmu dari mereka.

10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi hati dari Allah.

(Madarij as-Salikin 3/17)

(Sumber: Darul Haq)